4
Musuh-musuh Israel menghentikan pembangunan rumah TUHAN
Orang-orang yang memusuhi rakyat Yehuda dan Benyamin mendengar berita bahwa orang buangan yang sudah pulang sedang membangun rumah TUHAN, Allah Israel. Maka mereka datang kepada Zerubabel dan para pemimpin rakyat Israel lalu berkata, “Izinkanlah kami bekerja dengan kalian membangun rumah ini, karena kami juga menyembah Allah yang kalian sembah. Bahkan sejak kami dipindahkan ke sini oleh Esarhadon, raja Asyur, kami terus mempersembahkan kurban untuk Allahmu, sama seperti yang kalian lakukan.”*sama seperti … Latar belakang orang-orang yang kembali dari pembuangan menolak bergabung dengan rakyat Israel bisa dibaca dalam 2Raj. 17:24-41.
Tetapi Zerubabel, Yesua, dan pemimpin-pemimpin Israel berkata, “Tidak. Tidak pantas kalian membantu kami membangun rumah TUHAN, Allah Israel. Kami akan membangun sendiri sesuai perintah Kores, raja Persia.”
Maka orang-orang itu melakukan berbagai cara untuk menakut-nakuti dan melemahkan semangat orang Israel. Mereka juga memberi suap kepada pejabat-pejabat pemerintah Persia untuk menghentikan pembangunan rumah itu. Hambatan itu terus berlangsung sejak masa pemerintahan Raja Kores sampai pemerintahan Raja Darius.Ez. 1:1
Orang-orang yang memusuhi rakyat Yerusalem dan Yehuda itu menulis surat tuduhan terhadap orang Israel dan mengirimnya kepada Raja Ahasweros pada awal pemerintahannya. Lalu ketika Artasasta sudah menjadi raja Persia, surat tuduhan dikirim kepadanya oleh Bislam, Mitredat, Tabeel, dan beberapa rekan mereka sesama pejabat. Surat itu ditulis dalam bahasa Aram dengan terjemahannya.
8-9 Artasasta juga menerima surat mengenai Yerusalem dari Panglima Rehum dan sekretarisnya, Simsai. Keduanya didukung oleh rekan-rekan mereka, yaitu para hakim dan semua pejabat pemerintah Persia lain yang berasal dari Erek, Babel, dan Susan di negara Elam, 10 juga oleh orang-orang pindahan yang menempati kota Samaria dan wilayah Sebelah Barat sungai Efrat (mereka ditempatkan di sana oleh Asnaper, raja Asyur pengganti Esarhadon). 11 Begini bunyi surat itu:
“Salam kepada Tuan kami Raja Artasasta, dari hamba-hambamu yang tinggal di Provinsi Sebelah Barat sungai Efrat. 12 Kami berharap Yang Mulia mengetahui bahwa orang-orang Yahudi yang dipulangkan dari tempat Tuan sudah lama tiba di Yerusalem. Mereka sedang membangun kembali kota yang jahat dan suka memberontak itu. Mereka sudah mendirikan tembok-temboknya dan sedikit lagi akan menyelesaikan pembangunan tersebut. 13 Biarlah Yang Mulia Raja mengetahui bahwa kalau kota itu beserta bentengnya berhasil dibangun, pasti rakyat tidak akan lagi membayar pajak kepada pemerintah, dan pendapatan negara akan berkurang. 14 Karena kami sudah banyak menerima bantuan dari kebaikan hati Tuan Raja, maka tidak sepantasnya kami membiarkan pemerintahan Tuan dirugikan. Karena itu kami mengusulkan 15 agar Tuan memeriksa catatan-catatan dari raja-raja sebelum Tuan. Di dalam catatan-catatan itu, Tuan akan mendapati bukti-bukti yang jelas bahwa Yerusalem memang kota yang suka memberontak dan sejak dulu selalu merugikan pemerintah. Rakyatnya selalu susah diatur. Itulah sebabnya kota itu dihancurkan. 16 Kami yakin bahwa apabila kota itu sudah didirikan kembali dan pembangunan bentengnya selesai, maka pemerintahan Tuan Raja tidak akan lagi berkuasa atas Provinsi Sebelah Barat sungai Efrat, karena mereka akan memberontak dan menguasai seluruh wilayah itu.”
 
17 Kemudian raja mengirim surat balasan:
“Salam kepada kalian semua, terutama Gubernur Rehum dan sekretaris provinsi, Simsai, serta rekan-rekan kalian di kota Samaria dan sekitarnya. 18 Surat yang Bapak-bapak kirimkan kepada saya sudah dibacakan secara jelas di hadapan saya, dan saya sudah mengerti maksud kalian. 19 Kami juga sudah memeriksa catatan-catatan sejarahmemeriksa catatan-catatan sejarah Terjemahan harfiahnya adalah, ‘sudah dilakukan penyelidikan’. TSI menerjemahkannya sebagai ‘memeriksa catatan sejarah’ karena penyelidikan atau pemeriksaan itu dilakukan dengan cara membaca buku catatan sejarah dan dokumen kerajaan tentang penghancuran Yerusalem yang dilakukan oleh Raja Nebukadnezar. Cara itu sesuai dengan saran Gubernur Rehum pada ayat 15. Raja yang menulis jawaban ini adalah Artasasta, raja kelima terhitung setelah Nebukadnezar, Kores, Darius, dan Ahasweros. Jadi, pasti sudah ada catatan mengenai peristiwa penghancuran Yerusalem di dalam buku sejarah pemerintah Persia, walaupun alasan menghancurkan Yerusalem itu tidak benar. dan ternyata benar, ada bukti-bukti yang menyatakan bahwa sejak dulu kota itu selalu melawan para pemerintah, bahkan rakyatnya pemberontak dan pengacau semua. 20 Dalam buku catatan sejarah kami juga tertulis bahwa dahulu, seluruh wilayah barat sungai Efrat, termasuk kota Yerusalem, dikuasai oleh raja-raja besar yang memerintah dari Yerusalem. Pada waktu itu berbagai macam pajak dibayarkan oleh penduduk wilayah itu kepada raja-raja tersebut. 21 Karena itu saya memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada kalian untuk menghentikan pembangunan kota itu. Kota itu hanya boleh dibangun kembali apabila saya memberi perintah. 22 Laksanakanlah perintah ini segera, karena kami tidak ingin dirugikan oleh pembangunan kota itu!”
23 Sesudah surat itu dibacakan di depan Gubernur Rehum dan sekretaris provinsi, Simsai, serta rekan-rekan mereka, maka berangkatlah mereka secepatnya ke Yerusalem. Dengan ancaman untuk menggunakan kekerasan, mereka menghentikan orang-orang Yahudi yang sedang mengerjakan pembangunan.
Pembangunan rumah TUHAN dilanjutkan kembali
24 Mulai saat itu pembangunan rumah Allah berhenti dan tetap dibiarkan dalam keadaan begitu sampai tahun kedua masa pemerintahan Darius, raja Persia.

*4:2 sama seperti … Latar belakang orang-orang yang kembali dari pembuangan menolak bergabung dengan rakyat Israel bisa dibaca dalam 2Raj. 17:24-41.

4:5 Ez. 1:1

4:19 memeriksa catatan-catatan sejarah Terjemahan harfiahnya adalah, ‘sudah dilakukan penyelidikan’. TSI menerjemahkannya sebagai ‘memeriksa catatan sejarah’ karena penyelidikan atau pemeriksaan itu dilakukan dengan cara membaca buku catatan sejarah dan dokumen kerajaan tentang penghancuran Yerusalem yang dilakukan oleh Raja Nebukadnezar. Cara itu sesuai dengan saran Gubernur Rehum pada ayat 15. Raja yang menulis jawaban ini adalah Artasasta, raja kelima terhitung setelah Nebukadnezar, Kores, Darius, dan Ahasweros. Jadi, pasti sudah ada catatan mengenai peristiwa penghancuran Yerusalem di dalam buku sejarah pemerintah Persia, walaupun alasan menghancurkan Yerusalem itu tidak benar.