7
Teguran terhadap kemunafikan umat Israel
1 Pada tanggal 7 Desember dalam tahun keempat pemerintahan Raja Darius, saya menerima pesan TUHAN.
2-3 Pada hari itu penduduk Betel mengutus Sar Ezer, Regem Melek, dan beberapa orang lain datang ke rumah TUHAN untuk meminta petunjuk dari TUHAN Panglima Semesta. Mereka bertanya kepada para imam dan nabi, “Selama bertahun-tahun, setiap bulan kelima kami sudah berpuasa untuk meratapi rumah TUHAN yang dihancurkan tentara Babel. Apakah kami harus terus melakukannya?”
4 Lalu saya menerima pesan dari TUHAN,
5 “Jawablah para imam dan penduduk Israel: Selama tujuh puluh tahun ketika kalian berpuasa setiap bulan kelima dan ketujuh, apakah kalian melakukannya dengan hati yang benar-benar bertobat dan berbalik kepada-Ku?
6 Tidak! Biarpun kalian makan atau tidak makan, kalian hanya memikirkan dirimu sendiri dan tidak kembali kepada-Ku.
7-10 Jadi, jawaban-Ku masih sama seperti yang disampaikan oleh para nabi sebelumnya: Lakukanlah yang adil dan jujur. Tunjukkan belas kasihan dan kebaikan hati kepada sesamamu. Jangan menindas para janda dan anak yatim, orang asing, ataupun orang miskin. Jangan sekali-kali berencana untuk melakukan kejahatan terhadap sesamamu.
“Itulah yang Aku, TUHAN Panglima Semesta, sampaikan kepada nenek moyang kalian ketika kalian masih hidup makmur di Yerusalem, di kota-kota sekitarnya, dan di padang belantara Negeb.
11 “Tetapi nenek moyangmu keras kepala dan menutup telinga terhadap perintah-Ku,
12 Sang Panglima Semesta. Sekalipun mereka berulang kali mendengar pesan yang disampaikan Roh-Ku melalui para nabi, mereka tetap tidak mau menaati hukum dan peringatan-Ku. Hati mereka keras seperti batu. Itulah sebabnya Aku memurkai mereka.
13 “Ketika Aku memanggil, mereka tidak mau mendengar. Jadi ketika mereka memanggil-Ku, Aku pun tidak mau mendengar.
14 Seperti angin puting beliung, Aku mencerai-beraikan mereka ke negeri-negeri yang jauh. Tanah Israel yang dulunya subur dibiarkan menjadi tandus hingga tidak ada seorang pun yang mau melewatinya. Akibat kekerasan hati mereka, negeri yang indah itu menjadi sunyi dan sepi.”